Rabu, 05 Agustus 2015

Anak dan teknologi

Anak dan Teknologi


Di era komputerisasi ini semua orang disibukkan oleh gadgetnya sendiri, tidak hanya orang tua, remaja, bahkan anak-anak mulai terpengaruh oleh perkembangan gadget sekarang ini. Pertanyaannya, apakah teknologi tersebut dibutuhkan oleh anak-anak? atau sejauh mana teknologi itu berperan dlam kehidupan anak jaman sekarang?

Kita mulai dari kegunaan dari teknologi dalam kehidupan manusia itu sendiri. Teknologi itu diciptakan berfungsi untuk mempermudah manusia dalam melakukan kegiatannya. Misal saja telepon digunakan untuk memangkas jarak untuk bisa berbicara dengan orang lain, Televisi sebagai sumber informasi yang disajikan melalui suara dan visual, teknologi akan terus menerus berkembang menuju kearah yang lebih praktis, multifungsi, dan tentu saja terjangkau. Teknologi pun sangat berkembang pesat setelah ditemukannya internet sebagai kotak bebas yang bisa kita isi apapun. Internet sangat berguna sebagai sumber informasi apapun yang kita inginkan, mulai dari ilmu pengetahuan, hiburan, bisnis, apapun yang kita ingin cari kita bisa dapatkan dari internet.

Dari penjelasan diatas, bukankah teknologi sangat menolong kita? bukankah seharusnya dengan kemudahan yang manusia jaman sekarang peroleh akan meningkatkan kualitas seorang manusia dalam hidup? Betul, tentunya dengan manusia yang memanfaatkan teknologi dengan baik, maka manusia akan dimudahkan dalam perkembangannya. Bayangkan saja surat-menyurat sekarang dapat menggunakan melalui email, selain memangkas waktu juga bisa memangkas biaya, dulu untuk berinteraksi dengan orang lain kita hanya bisa melalui suara saja, sekarang dengan video call seseorang dapat melihat langsung orang yang kita ajak berbicara, ketika dulu untuk mencari suatu bacaan kita membutuhkan surat kabar atau ke perpustakaan, sekarang dengan internet melalui situs berita dan e-book kita dapat mendapatkan artikel apa yang kita inginkan, bahkan peta sudah disajikan begitu informatif beserta navigasinya. Kemudahan itu sangat membantu kan, informasi apapun akan kita dapatkan melalui internet.

Lalu apa yang terjadi sekarang? Sayangnya bukan manusia yang menggerakan teknologi sebagai penolong kita dalam hidup, justru manusia yang terkontrol oleh teknologi. Bagaimana bisa saya menyatakan hal tersebut? Buktinya adalah perubahan sosial yang dapat kita rasakan sekarang, dimana manusia akan lebih interaktif di dunia maya daripada di kehidupannya. Manusia mulai tersita hidupnya oleh komunitas yang mereka bangun di dunia maya, daripada menggunakan waktunya untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bukankah itu bagus karena manusia dapat menemukan dunianya dengan mudah? Yak, dari sisi kemudahan itu bagus sekali, tapi dari sisi kemanusiaanya kurang. Bagaimana kemanusiaannya saya kategorikan kurang? dalam hidup bermasayarakat kita sering mengenal sesama, bagaimana berinteraksi dengan seseorang yang lebih tua, bagaimana kita dapat menyelesaikan permasalahan dengan orang lain, dan lain-lain.



Apakah artinya kita tidak perlu mengikuti teknologi? Bukan tidak mengikuti, tetapi kita mengontrol teknologi. Sebagai manusia tentunya kita memiliki kesibukan masing-masing. Pergunakanlah teknologi itu untuk membantu aktifitas kita, bukan untuk menyita aktifitas kita. Itulah mengapa munculnya pernyataan bahwa penyalahgunaan teknologi, sebenarnya ini untuk semua umur, tetapi pembahasan kita kali ini lebih ditekankan ke para penerus kita yaitu anak-anak.

Mengapa anak-anak sangat rentan dengan penyalahgunaan teknologi? anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dimana peran orang tua sebagai pembimbing dan pendamping sangat berpengaruh. Anak-anak mudah tergeret dalam suatu lingkungan, ia akan mempelajari keadaan sekitar dan akan menerapkannya. Misal saja seorang anak akan suka memukul ketika melihat orang disekitarnya memukul, anak ingin memakan apa yang orang lain makan, dan lain-lain. Fase seperti itu menyebabkan sang anak rentan dengan kondisi lingkungan. Contohnya jaman sekarang, Pada saat saya SD kelas 6 pertama kali muncul handphone, saya akan tertrik untuk bisa memilikinya, saya berjuang mati-matian agar orang tua saya memberikannya, dan hasilnya keinginan saya dimentahkan oleh bantahan orang tua tanpa alasan yang jelas. Apa saya berhenti di fase itu? tidak, saya berusaha untuk mencuri HP orang lain. Walau akhirnya orang tua saya mengetahui niatan saya dan mencoba mengembalikan HP yang saya curi. Apakah orang tua saya membelikan HP? ya, akhirnya orang tua membelikan saya HP setelah saya SMA kelas 3. Itu jaman saya lain lagi dengan jaman adik saya, jaman adik saya anak kelas 3 SD juga sudah memegang HP. Entah mungkin alasan agar mudah dijeput atau apapun itu, tentunya kebijakan sekolah masih melarang anak SD membawa HP. Tidak lama berselang adik saya yang paling kecil masuk SD, hampir seumua temanya sudah membawa HP, dan kebijakan untuk membawa HP pun sudah hilang. Tahukah anda, anak TK sekarang sudah membawa HP dan Tablet? Artinya Tablet dan HP (yang sekarang dikenal sebagai smartphone),sudah menjadi kebutuhan semua orang. Apakah salah? saya tidak bisa mengatakan itu salah bahkan akan menjadi sangat baik ketika tablet dan smartphone bisa menjadi bahan untuk belajar sang anak. Sayangnya tidak seperti itu, fase untuk saling bersosialisasi dengan sesama tersita oleh aplikasi yang tersedia di smartphone. (pernyataan itu di dukung dengan data kedoketeran bahwa 1-5 tahun seorang anak dalam masa sosialisasi primer untuk memperkenalkan keluarganya, agama, dan masyarakat sekitar serta usia 5 tahun keatas masuk fase sosialisasi sekunder untuk memperkenalkan dengan dunia luar)

Dengan kondisi diatas, keatangan sepasang orang tua pun cukup diuji, dimana lingkungan yang cenderung merusak akan coba di kendalikan dengan baik. Sayangnya lagi-lagi bukan dari anaknya sang orang tua pun ikut merusak, mulai dari mempercayakan kasih sayang pada pengurus rumah (kasarnya pembantu), gengsi karena lingkungan berubah sehingga sang anak juga dibelikan agar terlihat masa kini (sering disebut gaul), atau justru biar tidak berisik dirumah maka anak-anak diberikan gadget 1 per 1. Akhirnya dengan tindakan tersebut munculah anak autis, anak yang kurang ajar, anak yang terlalu manja, anak yang egois, dan orang tua hanya bisa menyalahkan sekolah karena ia sudah bayar padahal anak menghabiskan maksimal 6 jam disekolah sisanya mereka berinteraksi dengan keluarganya. Ketika fase sosialisasi primer sudah lewat dia masuk ke sosialisasi sekunder dimana ia semakin ingin banyak tahu dunia luar. Internet adalah kotak bebas, apapun bisa diakses melalui itu. pemerintah hanya membantu dalam mengurangi batasan penggunaan internet melalui pemblokiran situs yang dinilai kurang baik baik judi, pornografi, dll. Pertanyaannya apakah kita hanya bisa menggantungkan masa depan anak kita ditangan orang lain?


Dari artikel yang cukup panjang ini, semoga dapat menjadikan kita sebagai orang tua yang kritis dengan perkembangan anak. Orang tua memberikan yang terbaik untuk anaknya tidak sama dengan memberikan apapun yang diminta oleh anaknya. Orang tua harus membatasi dan menjelaskan kepada anak apa saja dan kenapa mereka belum bisa memperoleh sesuatu yang umum dilingkungan, padahal merusak untuk perkembangan si anak sendiri. Kita tidak mengatakan "tidak ada teknologi untuk anak tapi kita rangkul anak untuk menggunakan teknologi itu dengan baik". Terimakasih pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar